TanjungKarangNews.COM- PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) meraih penghargaan kategori “Farmasi dan Riset Kesehatan” dalam ajang Bisnis Indonesia Award (BIA) yang digelar di Hotel Raffles, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (11/6/2024).
Sido Muncul meraih penghargaan tersebut karena dinilai telah berhasil meningkatkan performa perusahaan dan menghadapi tantangan di tengah ketidakpastian global. Capaian ini pun selaras dengan tema BIA 2024, yakni “Agility in Uncertainty”.
Sebelumnya, Sido Muncul juga meraih penghargaan kategori “Perusahaan Farmasi Terbaik” pada ajang BIA 2023. Lalu, pada 2021, Sido Muncul meraih Bisnis Indonesia Corporate Social Responsibility Award (BISRA) 2021 sebagai “Perusahaan Paling Konsisten dalam Penerapan Tanggung Jawab Tindakan Korporasi” (The Most Consistent Company in Corporate Action Responsibility).
Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat mengaku bangga atas pencapaian tersebut. Menurutnya, salah satu kunci yang mengantarkan perusahaan meraih penghargaan prestisius tersebut adalah tetap kreatif dan lincah dalam menghadapi tantangan. “Rasanya membanggakan sekali. Kami memproduksi jamu, tapi dipilih Bisnis Indonesia sebagai perusahaan farmasi terbaik,” kata Irwan saat ditemui di Hotel Raffles, Kamis.
Meski memproduksi jamu tradisional atau produk herbal, kata Irwan, Sido Muncul tetap menerapkan standar operasional prosedur (SOP) yang ketat dan riset ilmiah. Dengan demikian, Sido Muncul bisa mengolah bahan baku herbal secara maksimal sehingga menjadi produk berkhasiat dan bermutu tinggi.
Melalui riset, kata Irwan, Sido Muncul juga dapat memastikan bahwa produk-produknya berkhasiat dan aman dikonsumsi. Tak heran, jamu dan obat herbal dari Sido Muncul menjadi pilihan masyarakat. “Memproduksi produk herbal tidak cukup hanya berbasis pengalaman, harus berbasis ilmiah. Tujuannya, untuk meneliti hasil pengalaman supaya obat herbal menjadi lebih berkhasiat dan mudah diformulasikan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Juri BIA 2024 sekaligus Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2017-2022 Profesor Wimboh Santoso, SE, MSc, PhD mengungkapkan, proses seleksi dan penjurian penghargaan tersebut tidak mudah.
Pasalnya, dewan juri dihadapkan pada ekspektasi pemangku kepentingan yang selalu berubah setiap tahun. Selain itu, dewan juri juga melihat fluktuasi harga saham emiten yang mengikuti BIA 2024 di pasar. Hal ini membuat tanggung jawab moral dewan juri sangat besar.
“Oleh karena itu, dewan juri berhati-hati dan berupaya obyektif dalam membuat klasifikasi dan memilih perusahaan yang berhak mendapatkan penghargaan,” kata Wimboh.
Terkait metode penjurian, Wimboh menjelaskan bahwa BIA biasa menggunakan data keuangan perusahaan sebagai salah satu indikator penilaian. Namun, untuk tahun ini, dewan juri juga menambahkan dua poin tambahan sesuai harapan pemangku kepentingan, yakni penilaian kualitatif dan kuantitatif. Melalui indikator tersebut, dewan juri tidak hanya melihat kinerja perusahaan pada saat ini, tapi juga kesiapan emiten dalam menghadapi tantangan ke depan.
“Dengan kata lain, kami menilai praktik manajemen risiko yang diterapkan perusahaan untuk menghadapi risiko dan tantangan ke depan. Semoga indikator ini bisa memberi additional value pada penjurian,” tuturnya.
Tantangan lainnya, lanjut Wimboh, adalah memenuhi ekspektasi pemangku kepentingan bahwa setiap emiten yang mengikuti BIA dapat menerapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Selain peserta, implementasi ESG sebagai komponen penilaian juga menjadi tantangan bagi juri karena setiap perusahaan menerapkan praktik yang berbeda. Mantan Ketua Dewan Komisioner OJK itu optimistis bahwa dewan juri bisa memberikan penilaian yang obyektif dalam memilih pemenang BIA 2024.
“Saya berharap, penerima BIA 2024 bisa terus berinovasi memperbaiki kinerja dan kontribusi luar biasa untuk bangsa dan negara melalui praktik bisnis berkelanjutan di industri masing-masing,” tandasnya.
Selain Wimboh, sejumlah figur yang ditunjuk sebagai Dewan Juri BIA 2024 adalah Wakil Menteri Keuangan (Menkeu) periode 2014-2019 Profesor Dr Mardiasmo, Akt, MBA, Sekretaris Komite Stabilitas Ekonomi (KSSK) periode 2008-2009 Dr Ir Raden Pardede, Menteri Komunikasi dan Informatika RI periode 2014-2019 Drs Rudiantara, dan Presiden Direktur PT Jurnalindo Aksara Grafika (JAG) Lulu Terianto. (lis)