Putri Lambar yang Merantau ke Batam; Berangkat Cantik Pulang Jasad

TanjungKarangNews.Com- Pagi itu, kabut masih menggantung di lereng perbukitan Gedung Surian ketika kabar duka menyelimuti Pekon Pura Mekar.

Warga terhenyak: Dwi Putri Aprilian Dini (25), perempuan muda yang baru beberapa bulan merantau ke Batam, dipulangkan dalam keadaan tidak lagi bernyawa. Kepergiannya yang mendadak dan tragis meninggalkan luka mendalam bagi keluarga dan masyarakat sekitar.

Di tengah duka itu, hadir empati yang mengalir dari berbagai penjuru, termasuk dari Anggota DPRD Lampung Barat, Prayitno, yang datang langsung menyampaikan bela sungkawa. Baginya, kepergian Dwi Putri bukan hanya tragedi keluarga, melainkan alarm keras tentang bahaya laten perdagangan orang yang masih mengintai anak-anak muda pencari kerja.

“Semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah almarhumah dan memberikan ketabahan kepada keluarga yang ditinggalkan,” ucap Prayitno dengan nada getir.

Kehilangan seorang anak perantau, katanya, selalu menyimpan cerita tentang harapan yang terputus di tengah jalan.

Dwi Putri dikenal sebagai anak yang ceria dan penuh semangat. Ia pergi ke Batam dengan harapan memperoleh pekerjaan yang dapat membantu ekonomi keluarga. Namun nasib berkata lain. Kepulangannya justru disambut air mata, bukan pelukan.

Kabar yang beredar mengenai dugaan tindak pidana perdagangan orang membuat banyak pihak tersentak. Dalam beberapa tahun terakhir, wilayah-wilayah pedesaan, termasuk Lampung Barat, memang menjadi sasaran empuk para calo dan sindikat yang mengiming-imingi pekerjaan mudah dengan gaji besar.

Karenanya, kasus Dwi Putri menjadi perhatian serius bagi para pemangku kebijakan.

Dalam pernyataannya, Prayitno mendesak aparat kepolisian—baik di Lampung maupun di Kepulauan Riau—agar tidak berhenti pada permukaan kasus.

“Semua pihak yang terlibat harus diproses hukum secara tegas dan diberikan hukuman seberat-beratnya demi tegaknya rasa keadilan,” tegasnya.

Baginya, penyelesaian menyeluruh bukan hanya untuk menghukum pelaku, tetapi juga memastikan tidak ada lagi korban berikutnya yang harus pulang dengan peti jenazah.

Selain upaya hukum, ada sisi lain yang memberi secercah kehangatan dalam cerita duka ini: gotong royong masyarakat. Sejak kabar tragedi tersebar, warga, relawan, komunitas perantau Lampung, hingga tokoh-tokoh lokal bergerak membantu proses administrasi dan pemulangan jenazah dari Batam ke kampung halaman.

“Saya sangat mengapresiasi kepedulian masyarakat. Ini bentuk solidaritas yang harus kita pertahankan,” ujar Prayitno.

Di tengah duka, kekompakan ini menjadi bukti bahwa rasa kemanusiaan di Lampung Barat masih hidup dan kuat.

Prayitno berharap tragedi ini menjadi pengingat bagi semua pihak. Generasi muda sering kali menjadi target dengan janji-janji palsu pekerjaan di luar daerah. Tanpa pengetahuan yang memadai, mereka rentan terjebak dalam jaringan perdagangan orang.

“Kasus ini harus menjadi pelajaran bersama,” katanya. Pemerintah daerah, aparat, masyarakat, dan keluarga harus memperkuat edukasi agar anak-anak muda tidak mudah terbujuk tawaran kerja yang tidak jelas.

Kepergian Dwi Putri Aprilian Dini meninggalkan duka mendalam, tetapi sekaligus menjadi titik refleksi. Di balik linangan air mata keluarga, ada pesan penting tentang perlindungan anak bangsa dari ancaman perdagangan manusia. Lampung Barat berduka, namun juga bangkit untuk menjaga warganya.

Di sebuah desa kecil di lereng pegunungan itu, doa terus dipanjatkan. Semoga Dwi Putri beristirahat dalam kedamaian. Dan semoga tragedi ini menjadi yang terakhir.(lis)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *