TanjungKarangNews.Com- Minggu (30/11) menjadi fokus lensa media saat Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, terjun langsung ke lokasi bencana di Lubuk Minturun, Kota Padang. Pemandangan itu, di mana Menko Pangan terlihat memanggul karung-karung beras bantuan, langsung viral. Ini adalah potret leadership yang kuat: hadir di tengah kesulitan rakyat.
Namun, di era digital, setiap aksi pejabat publik selalu diikuti oleh dua mata uang: apresiasi dan kritik pedas. Di satu sisi, banyak yang memuji aksi Zulkifli Hasan sebagai tindakan nyata dan cepat dari seorang pejabat yang berakar kuat dari Kampung Pisang, desa kecil di bawah Gunung Rajabasa, Kalianda, Lampung Selatan. Sebuah kisah yang menjadikannya anak kampung yang tak pernah lupa akarnya dan peka terhadap kesulitan masyarakat bawah.
Di sisi lain, media sosial dan kolom komentar riuh dengan kritik dan hujatan yang menuduhnya melakukan “pencitraan”. Para netizen mempertanyakan, apakah perlu seorang menteri sekelas beliau turun langsung memanggul karung, atau haruskah ia fokus pada kebijakan makro?
Akan tetapi, kritik tersebut seolah mentah saat disandingkan dengan rekam jejaknya. Zulkifli Hasan, yang menapaki karir dari Anggota DPR RI (2004) hingga memimpin lembaga tinggi negara sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI), selalu konsisten pada narasi kepedulian.
Di sela-sela peninjauan di Padang, Zulkifli Hasan seolah menjawab kritik tersebut dengan tindakan dan kata-kata yang membumi. Ia tak menghindari isu sensitif itu.
“Saya tahu ada yang bilang ini pencitraan. Tapi bagi saya, ini adalah tanggung jawab moral. Mau disebut pencitraan, silakan saja. Yang penting bantuan ini sampai, stok cukup, dan masyarakat bisa makan,” tegasnya dengan suara lantang, menampakkan sikap yang tak gentar. “Saya ini dari kampung. Saya tahu persis bagaimana rasanya lapar. Kalau ada yang bisa saya lakukan langsung, ya saya lakukan.”
Sebagai bukti gerak cepatnya, ia mengumumkan langkah konkret: koordinasi dengan Kementerian Perdagangan dan Bulog, serta instruksi untuk melipatkan dua kali lebih banyak bantuan pangan sesuai arahan Presiden Prabowo, memastikan stok aman dan distribusi dipercepat.
Kisah Zulkifli Hasan kini menjadi narasi utuh tentang pemimpin yang beraksi. Terlepas dari perdebatan apakah aksinya adalah politik pencitraan atau murni kepedulian, ia telah membuktikan komitmennya.
Dan komitmen ini diteruskan: semangat pengabdiannya kini berlanjut melalui putrinya, Putri Zulkifli Hasan, yang menjabat Ketua Fraksi PAN di DPR RI, memastikan bahwa nilai-nilai pengabdian yang berakar dari Rajabasa terus mengalir dalam kebijakan negara.(adv)





