Pelabuhan Tarahan Bersama PTBA Persiapkan Nilai Tambah Batubara

TanjungKarangNews.Com- Sebagai gerbang utama pengiriman batubara PT Bukit Asam Tbk, Pelabuhan Tarahan berperan penting menjaga ketahanan energi nasional sekaligus memenuhi kebutuhan pasar ekspor. Berbagai upaya efisiensi dan pengurangan jejak karbon terus dilakukan untuk mengoptimalkan peran sebagai green port dan memastikan keberlanjutan operasional pada masa mendatang.

Kamis (16/10/2025) sore itu, rangkaian kereta api batubara rangkaian panjang, atau babaranjang, melaju perlahan memasuki area pembongkaran di rotary car dumper (RCD) Pelabuhan Tarahan, Kota Bandar Lampung. Begitu gerbong diposisikan, batubara dialirkan ke konveyor untuk diproses penumpukan atau stockpiling.

Dari area stockpiling, batu bara kemudian mengalir ke dua jalur proses. Pertama, Sebagian diarahkan ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tarahan untuk kebutuhan operasional pembangkit. Kedua, batubara disiapkan untuk dimuat ke tongkang di dermaga.

Pelabuhan Tarahan merupakan hub utama pengapalan batubara produksi PT Bukit Asam Tbk (PTBA), bagian dari induk BUMN pertambangan Mind ID, yang kemudian dijual, baik untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun ekspor. Batubara yang masuk ke Pelabuhan Tarahan berasal dari Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, dan diangkut menggunakan kereta api babaranjang. Dengan kapasitas penanganan (throughput capacity) batubara mencapai 25 juta ton per tahun, Pelabuhan Tarahan bertransformasi dari teknologi konvensional menuju teknologi ramah lingkungan. Emisi gas rumah kaca dari seluruh proses, mulai dari hulu hingga hilir, diupayakan serendah mungkin melalui penerapan beberapa teknologi pengurangan emisi.

Dalam sistem operasi, misalnya, mesin pengumpan (apron feeder) sudah bertenaga listrik sejak 2023. ”Ini fungsinya seperti konveyor. Sebelumnya, dengan sistem hydraulic, rentan pencemaran lingkungan karena menggunakan minyak, sehingga kami ganti dengan motor listrik,” kata Kepala Departemen Sumber Daya Manusia, Layanan Umum, Keuangan, dan CSR PTBA Pelabuhan Tarahan Hamdani B Yusdi.

Upaya pengurangan emisi turut meningkatkan efisiensi operasional dan menjadikan prosesnya lebih ramah lingkungan. Merujuk ”Laporan Keberlanjutan PTBA 2024”, konsumsi bahan bakar minyak di Pelabuhan Tarahan turun dari 2.077 kiloliter pada 2023 menjadi 1.847 kl pada 2024. Sebaliknya, pemanfaatan energi listrik meningkat, dari 5.942 kilowatt jam (kWh) pada 2023 menjadi 6.475 kWh pada 2024.

Adapun sistem konveyor, alat utama penerimaan dan pengiriman batubara di Pelabuhan Tarahan, ialah penyumbang penggunaan energi terbesar. PTBA melakukan efisiensi dengan sejumlah rekayasa ulang (re-engineering) pada sistem tersebut. Salah satunya adalah pada sudut belt plough chute (pembagi aliran) dari 28 derajat menjadi 37,15 derajat sehingga mampu menurunkan konsumsi energi hingga 34,7 persen.

Upaya lain PTBA adalah menanam sekitar 21 jenis tanaman di sekitar Pelabuhan Tarahan, terutama tanaman bambu, yang digencarkan sejak 2014. Hal itu guna meminimalkan embusan angin dari laut ke darat serta menahan debu batubara ke arah permukiman warga. Bambu ditanam di ketinggian 2-5 meter di atas permukaan laut dengan jarak 1-5 meter dari pinggir pantai.

Sistem penyiraman otomatis dilakukan di area bongkar muat Pelabuhan Tarahan guna meminimalkan debu beterbangan, mulai dari kedatangan kereta api babaranjang pengangkut batubara hingga di stockpile. Selain itu, ada juga penyemprot manual agar partikel halus batubara di pelabuhan tidak terbang dan terbawa angin.

Sementara itu, limbah pembakaran batubara pada PLTU Tarahan berupa fly ash and bottom ash (FABA) diolah menjadi produk bernilai ekonomis seperti batako, paving block, dan campuran semen. Kendati FABA masuk kategori limbah non-B3 (bahan berbahaya dan beracun), pengelolaannya tetap dilakukan. Sejumlah area pejalan kaki di Pelabuhan Tarahan sudah menggunakan paving block dari FABA.

Hamdani mengatakan, Pelabuhan Tarahan yang beroperasi sejak 1986 hanya menerima batubara dari Tanjung Enim yang diangkut dengan menggunakan kereta api babaranjang. Tidak ada batubara yang diangkut dengan kendaraan jalur darat seperti truk. Dari Tarahan, batubara diangkut tongkang, antara lain untuk memenuhi kebutuhan PLTU, terutama di sistem kelistrikan Jawa-Bali.

Pelabuhan Tarahan juga menjadi pintu ekspor batubara PTBA ke sejumlah negara. ”Ekspor antara lain ke Bangladesh, India, Vietnam, China, dan Eropa. Itu pasar batubara kami dan semua dikirim dari Tarahan,” ujar Hamdani.

Melalui Pelabuhan Tarahan pula, PTBA membukukan kinerja operasional positif pada triwulan III-2025. Di tengah tantangan volatilitas pasar batubara, volume produksi batubara PTBA mencapai 35,9 juta ton atau meningkat 9 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024. Adapun volume penjualan batubara 33,7 juta ton atau meningkat 8 persen secara tahunan.

Sementara itu, secara proporsi, 56 persen penjualan batubara PTBA terserap pasar domestik, sedangkan sisanya untuk kebutuhan ekspor. Secara keseluruhan, hingga triwulan III-2025, PTBA membukukan laba bersih Rp 1,4 triliun dengan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBIT-DA) sebesar Rp 3,6 triliun, serta EBITDA margin di angka 11 persen.

Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengatakan, pertumbuhan volume produksi dan penjualan menjadi hal positif di tengah tekanan harga batubara global. Kinerja operasional dan profitabilitas pun mampu terjaga. ”Itu melalui peningkatan efisiensi biaya dan optimalisasi portofolio pasar domestik,” ujar Arsal, Kamis (30/10).

Masa depan

Hamdani menuturkan, isu penghentian penggunaan batubara telah lama berembus. Namun, hingga kini batubara masih menjadi sumber energi utama.

Di tengah situasi itu, PTBA berupaya meriset dan mengkaji terkait peningkatan nilai tambah batubara yang masih pada tahap proyek percontohan. Hal ini meliputi gasifikasi batubara, pemrosesan batubara menjadi lembaran anoda baterai, dan kalium humat untuk pupuk. ”Apabila suatu saat batubara tak digunakan lagi, pelabuhan ini tetap memiliki potensi komersial. Terlebih, di Lampung banyak komoditas untuk diekspor. Namun, selama batubara tetap digunakan, tetap akan dimanfaatkan dulu untuk (operasional) PTBA,” ujarnya.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, produksi batubara nasional semester I-2025 sebanyak 357,6 juta ton atau 48,34 persen dari target 2025 sebanyak 739,67 juta ton. Dari jumlah itu, alokasi ekspor 238 juta ton, sedangkan kebutuhan batubara dalam negeri, untuk pembangkit listrik dan smelter, 104,6 juta ton. Adapun 15 juta ton untuk stok.

Pengamat pertambangan sekaligus peneliti Alpha Research Database, Ferdy Hasiman, mengatakan, melihat tren global saat ini, permintaan batubara diperkirakan masih tinggi dalam 5 tahun hingga 20 tahun. Dengan sumber daya dan cadangan melimpah, batubara Indonesia yang banyak diekspor ke sejumlah negara diperkirakan masih memenuhi permintaan pasar.

Namun, kata Ferdy, Indonesia juga perlu mengembangkan peta jalan energi dan industri ke depan secara matang, termasuk peningkatan nilai tambah atau hilirisasi. Hingga kini, belum ada produk hilir batubara yang bernilai ekonomis sehingga komoditas ini tetap dijual mentah atau belum diolah,terlebih dengan permintaan yang stabil.

”Pelabuhan batubara di Indonesia masih tetap akan digunakan selama permintaan batubara tinggi. Saat ini, mulai ada arah diversifikasi. Namun, sampai benar-benar ada produk hilir yang bernilai ekonomis dan menarik minat investor, batubara (sebagai energi) sepertinya masih akan digunakan,” ujar Ferdy.

Sejumlah inovasi efisiensi energi di pelabuhan batubara, seperti pengendalian debu, hingga penghijauan kawasan, menjadi upaya perusahaan menuju operasional lebih berkelanjutan. Akhirnya menjaga keseimbangan antara produktivitas dan keberlanjutan bukan hanya tantangan, melainkan peluang memperkuat daya saing. (adv)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *